Pada saat itu, ia memasuki Istana Ilahinya dalam kesadarannya, memandang tanah yang tertutup kristal es, lalu memindahkan pandangannya ke area lain.
Tempat ini adalah lautan api, mewarnai wajah kecilnya dengan nuansa hangat.
Yingbao menutup matanya, secara naluriah menyatukan dua Istana Ilahi perlahan-lahan.
Tak lama kemudian, ia mulai merasa lapar, dan secara naluriah merengkuh ke arah pelukan ibunya.
Gerakannya menunjukkan bahwa ia lapar, yang dimengerti oleh Chunniang dengan sangat baik dan langsung membawa susu domba yang sudah disiapkan, memberinya sendok demi sendok.
Yingbao meminum semangkuk besar susu domba dalam satu tegukan, lalu menutup matanya untuk tidur.
Di malam hari, Tikus Terbang kecil itu terbang kembali ke ruang bawah tanah, menyuguhkan beberapa Buah Rohani kepada Yingbao seperti harta tak ternilai.
Melihat buah-buahan ini mengeluarkan energi rohani, Yingbao pun meneteskan air liur.