Leaf Whispering Serenely

An Hao melompat, berpikir bahwa dia telah mati, namun untuk kejutannya, saat dia membuka matanya, dia menemukan dirinya kembali di tahun 1985. Untuk menjalani kehidupan kedua, apakah dia harus menanggung lagi siksaan dari ibu tiri dan saudari tirinya, ketidaksukaan dari mertuanya dan penghinaan dari iparnya, serta pengkhianatan dari sahabatnya yang nekat menjadi wanita lain hanya untuk menampar dia di wajah dan menaiki tangga sosial? Apakah dia harus mengakhiri hidupnya yang menyedihkan dalam kemiskinan sekali lagi? Jawaban An Hao adalah, "Makan! Tai! Tidak!" Dia bertekad untuk mengubah nasibnya, menjadi kaya dengan memanfaatkan ilmunya dan mengincar kehidupan yang lebih baik. Kali ini, dia akan menjadi kakak perempuan yang protektif yang mereformasi adik laki-lakinya yang tidak berguna yang telah mati secara menyedihkan, dan istri yang saleh untuk menebus kelalaian masa lalunya terhadap suaminya! Dia tidak akan membiarkan hidup ini sia-sia dalam keputusasaan! Sahabat yang berniat jahat? Mengincar lelakinya? Tidak mungkin! Pergi saja ke tempat yang sejuk! Ehem ehem, bagaimana dia tidak menyadari di kehidupan sebelumnya bahwa "Raja Neraka" yang pendiam ini ternyata tidak senonoh. Sopan? Kau sudah cukup berlaku sopan di siang hari.

Sweet Nostalgia tahun 80-an

Tian Niu keluar dari asrama, buru-buru mencari sepeda, dan pergi keluar untuk membeli beberapa barang.


Dalam perjalanan pulang, dia kebetulan bertemu para prajurit resimen yang sedang kembali setelah makan.


Setelah melihat apa yang dibawa Tian Niu, mereka semua mulai mengejeknya.


"Bos, kenapa kamu beli gula merah? Aku dengar itu dipakai oleh wanita setelah melahirkan, untuk diminum dengan air."


"Xiaojin, kamu selalu mengikuti bos. Katakan pada kami, kapan bos jadi wanita? Sampai butuh tisu toilet saat ke kamar mandi."


Xiaojin mengintip ekspresi bos dengan licik dan berbisik, "Kalian itu bodoh ya? Ini untuk kakak ipar!"


"Mengerti! Mengerti!" Mereka semua pura-pura bodoh dengan sengaja.


Menyaksikan anak buahnya bersikap seperti preman, Tian Niu merasa ada gelombang kemarahan di dalam dirinya. Jadi mereka semua bergantian mengejek dia, ya?


Baru saat itu Tian Niu mengerti pola pikir Qin Jian pada saat itu.


Bab 582: Berikan aku pijatan