Kekuatan Yang Terpadu

Saat malam semakin larut, kelompok itu berkumpul di tepi hutan, di mana energi gelap mulai terasa lebih kuat. Di sana, di antara pepohonan tua dan kabut yang menggantung rendah, aura Erinyess semakin jelas terlihat. Bayangan-bayangan gelap yang melayang di antara pepohonan, mengintai mereka dengan tatapan penuh kebencian.

Selene, dengan nalurinya sebagai pewaris Artemis, melangkah ke depan, membidikkan panahnya ke arah bayangan-bayangan itu. "Mereka sudah dekat," bisiknya, penuh konsentrasi.

Darius menghunus pedang yang diberikan Nyx kepadanya—pedang yang dikatakan pernah dipakai oleh Ares dalam banyak pertempuran. Di tangannya, pedang itu terasa hidup, berdenyut dengan kekuatan dewa perang.

Nyx berdiri di tengah kelompok, memberi arahan. "Ingat, kalian harus bekerja bersama. Setiap kekuatan kalian adalah bagian dari keseluruhan. Selene, kau harus memimpin serangan awal untuk menghentikan pergerakan Erinyess. Ignis, gunakan api mu untuk menutup portal yang akan mereka buka. Darius, kau adalah ujung tombak. Kau akan memimpin serangan langsung melawan makhluk-makhluk itu."

Darius mengangguk, merasa campuran ketegangan dan adrenalin. "Aku siap," katanya dengan suara tegas.

Tiba-tiba, suara jeritan dari kegelapan menghantam telinga mereka. Bayangan-bayangan mulai berkumpul di satu titik, membentuk sosok besar yang memancarkan kebencian. Itu adalah Erinyess, makhluk-makhluk balas dendam yang telah bangkit.

Selene langsung bertindak. Dengan gerakan cepat, dia melepaskan panah ke arah bayangan itu, dan saat panahnya menghantam, kilatan cahaya terang muncul, membuat bayangan itu terganggu sejenak.

"Serang!" teriak Darius, maju dengan kekuatan penuh. Dia mengayunkan pedangnya, menebas bayangan-bayangan yang mencoba mendekati mereka. Setiap ayunan pedang memancarkan cahaya merah, energi Ares yang meledak dari setiap serangan.

Ignis bergabung dalam serangan, mengirimkan gelombang api ke arah makhluk-makhluk itu, menghentikan pergerakan mereka dan memusnahkan beberapa di antaranya. Namun Erinyess semakin banyak, dan portal gelap mulai terbentuk di tengah hutan.

"Kita harus menutup portal itu!" teriak Nyx.

Darius menatap portal itu, merasakan kegelapan yang semakin mendekat. "Ignis, lakukan sekarang!"

Ignis mengangkat tangannya, api besar keluar dari tubuhnya, mencoba menutup portal yang mulai terbuka. Tapi Erinyess tidak tinggal diam. Mereka mulai menyerang dengan lebih ganas, mencoba menghentikan upaya Ignis.

Darius melihat bahwa waktu semakin menipis. Jika portal itu terbuka sepenuhnya, mereka tidak akan bisa menghentikan Erinyess dan makhluk-makhluk lain yang akan datang dari dunia kegelapan. Dia harus melakukan sesuatu.

Mengumpulkan seluruh kekuatan yang dia miliki, Darius berlari menuju portal, pedangnya menyala dengan kekuatan penuh. Dia menembus barisan Erinyess, menyerang dengan kecepatan dan kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Energi Ares di dalam dirinya terasa membara, memberinya kekuatan untuk bertahan di tengah kegelapan.

Dengan satu serangan terakhir, Darius menancapkan pedangnya ke tanah di depan portal, memfokuskan seluruh energi yang dia miliki. Ledakan cahaya merah yang sangat besar memancar dari pedangnya, menghantam portal dan menyebabkan retakan di dalamnya.

"Teruskan, Darius!" teriak Nyx dari kejauhan, suaranya penuh dorongan.

Darius mengerahkan seluruh kekuatannya, dan perlahan, portal itu mulai runtuh. Cahaya merah dari pedang Ares menyebar, menghancurkan kegelapan di sekitar mereka. Erinyess yang masih tersisa mulai mundur, terhantam oleh kekuatan cahaya itu.

Dengan jeritan terakhir, portal itu tertutup sepenuhnya, dan makhluk-makhluk Erinyess menghilang bersama dengan itu.

Darius jatuh berlutut, terengah-engah, namun di dalam hatinya, dia tahu bahwa mereka telah berhasil. Mereka telah mencegah ancaman yang lebih besar. Tapi dia juga tahu, ini bukan akhir dari segalanya.