Langkah Pertama Menuju Mimpi: Kisah Aluna Anindita & Daffa Pradipta
Flashback: Keraguan Keluarga Aluna
Aluna Anindita, seorang gadis berusia 18 tahun, memegang surat beasiswa di tangan, matanya berkilau seolah memancarkan harapan. Meskipun hatinya berdebar, ia tak bisa menahan senyum. Namun, saat melihat wajah ragu orang tuanya, senyumnya perlahan memudar. Sebagai satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya, keraguan dan kekhawatiran menghantui orangtuanya.
"Ibu: Aluna, kamu sudah berpikir matang-matang tentang ini? Ini adalah langkah besar."
"Ayah: Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Jangan sampai kamu kesepian di sana."
"Aluna: Tapi, Bu, Ayah, ini adalah kesempatan langka. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa."
Dengan tekad yang kuat, Aluna memutuskan untuk mengejar mimpinya meskipun keluarganya merasa ragu.
---
Bab 1: Awal Kuliah
Setelah tiba di universitas, Aluna melangkah memasuki kampus dengan harapan tinggi. Di hari pertamanya, dia bertemu dengan teman-teman sejurusan yang baik hati.
"Mira: Hai, aku Mira!" sapa salah satu teman sejurusannya dengan ceria.
"Rina: Hai, aku Rina!" sapa teman sejurusannya yang lain.
Aluna tersenyum dan membalas, "Aku Aluna. Senang bertemu kalian." Mira, yang berambut ikal dan selalu ceria, adalah sosok yang selalu bisa mencairkan suasana. Teman lainnya, Rina, lebih pendiam tetapi sangat pintar.
"Mira: Kamu ingin ikut dengan kami?" tanyanya.
"Aluna: Kalian mau ke mana?" jawab Aluna dengan penasaran.
"Mira: Kami ingin melihat pertandingan basket di lapangan kampus. Ada cowok-cowok ganteng, loh! Bagaimana, kamu ingin ikut?" katanya dengan senyuman. Aluna menganggukkan kepalanya sambil tertawa kecil kepada Mira dan Rina. Mereka keluar kelas dan berjalan ke arah lapangan sambil bercerita tentang masa SMA mereka.
Sesampainya di lapangan, mereka langsung duduk di kursi suporter yang telah disediakan. Dari sisi kanan terdengar suara cewek-cewek yang berteriak, "Daffa-daffa, semangat sayangku!" Karena penasaran, Aluna menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat lima cowok tinggi yang, jika berdiri di sampingnya, seperti tiang listrik dan botol Yakult.
"Aluna: Mereka ya yang kamu bilang ganteng-ganteng tadi dan bakal tanding hari ini?" tanyanya dengan wajah penasaran.
Mira dan Rina menjawab serentak, "Iya!" sambil tersenyum.
Mira mulai menjelaskan satu per satu tentang cowok-cowok di lapangan itu. "Di antara mereka ada yang namanya Daffa Pradipta, yang dikenal sebagai 'anti cewek'. Katanya, dia gak pernah pacaran dan gak pernah melirik cewek sama sekali." Namun, saat lima cowok itu sampai di lapangan basket, Daffa melihat ke arah kursi suporter dan tiba-tiba berhenti, membuat teman di belakangnya menabraknya.
"Eh, Daffa, ngapain sih berhenti mendadak?" tanya temannya. Daffa hanya diam saja dan terus melihat ke salah satu kursi suporter tanpa menghiraukan pertanyaan temannya. Semua cewek yang ada di sebelah Aluna berteriak, "Aaaah, Daffa lihat gue! Dia lihat... gue!" sambil berteriak kegirangan.
"Mira: Daffa kok berhenti gitu ya?" tanyanya kepada Rina dan Aluna.
"Rina: Kayaknya dia lihat ke arah kita deh, atau lihat...," sambil melihat ke arah Aluna.
"Aluna: Kenapa? Gak lah, bukan aku kan? Di sini banyak orang. Masa iya dia ngelirik aku? Orang dia nggak kenal aku sama sekali," jawabnya dengan pipi memerah.
"Rina: Pipi kamu kok memerah?" godanya pada Aluna yang sedang tersipu malu. Mereka berdua pun menertawakan Aluna yang semakin tersipu.
Pertandingan pun dimulai.
Pukul 15.25 WIB.
Suporter: "The Dream Chasers, uuuh, semangat!" menyemangati lima cowok tersebut dengan menyebut nama geng mereka.
Pertandingan berakhir.
Pukul 17.10 WIB.
Semua cewek-cewek yang berada di samping Aluna menghampiri Daffa dan keempat temannya, mengerumuni mereka. "Kak, ini minum buat kamu! Kak, ini…" sambil berebutan. Sementara itu, Aluna dan teman-temannya pergi begitu saja setelah pertandingan selesai.
Pukul 17.15 WIB.
Aluna merasa kelelahan setelah menyaksikan pertandingan basket dan memutuskan untuk pulang dan beristirahat. "Aku duluan ya, mau istirahat. Cape banget hari ini," katanya dengan wajah lelah.
"Kamu sudah tidak ada kelas lagi?" tanya Mira.
"Gak, kelas aku sudah selesai dari jam 10 tadi," jawabnya.
"Ya sudah, hati-hati ya!" jawab Mira dan Rina.
Pukul 17.43 WIB.
Sesampainya di kamar kost, Aluna merebahkan badannya ke tempat tidur dan menutup matanya. Tak lama kemudian, ia tertidur dalam keadaan masih memakai sepatu. Waktu berputar dengan cepat, dan hari telah menunjukkan jam 21.03 WIB. Aluna terbangun dari tidurnya, "Aaaah…" sambil merentangkan kedua tangannya. "Capeknya hari ini. Sekarang jam berapa, HP aku mana ya?" katanya dengan wajah sedikit panik. "Aaa…" teriaknya. "Udah jam 9 malam aja. Lama banget aku tidur," pikirnya bingung.