Kehancuran menggelora dalam diri Andre saat dia tak berdaya menyaksikan Islinda jatuh ke kematiannya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia terlambat, tidak mampu menyelamatkannya. Kakinya seakan terpaku di tanah dan pandangannya membeku sejenak hingga perhatian Andre tertuju pada pembunuh yang telah menyerang Islinda.
Membungkuk di atas balustrade tempat dia mendorong Islinda, si pembunuh memegang sisinya. Andre merasa campuran bangga atas tindakan berani Islinda, namun ada konstriksi menyakitkan di dadanya karena duka. Dia menolak untuk mengakuinya tapi bagian rasional dari dirinya tahu bahwa Islinda telah pergi. Dan itu semua gara-gara dia!
Terisi dengan kedukaan dan keinginan untuk balas dendam, Andre menerjang si pembunuh. Dia melakukan perlawanan dengan melemparkan mantra, namun Andre, sebagai pejuang yang berpengalaman, berhasil menghindarinya dengan terampil. Bertekad untuk menangkap si pembunuh, dia menolak membiarkannya lepas.