Di tepi Zona Kematian, di satu-satunya garis pantai di antara barisan tebing di sisi timur, sebuah kapal besar bersandar dengan diam ke dermaga yang setengah hancur. Kapal itu terlihat besar di jurang tempatnya berlayar dari, tetapi di sana, di antara pelabuhan besar dan lautan luas, kapal itu tampak seperti anak yang tersesat tanpa tujuan.
Setelah menghabiskan hari-hari bersandar di sana tanpa ada hal lain yang dapat dilakukan, kru mulai merasa seperti segerombolan anak-anak yang tersesat dan terlantar.
Bahkan, sinyal komunikasi dengan pangkalan utama sangat tidak menentu. Tidak ada yang benar-benar tahu kapan sinyal itu akan terdengar jelas dan kapan hanya menjadi statis semata. Hal yang mereka cari tidak ada di mana-mana, dan juga tidak ada perintah untuk kembali.
Kadang-kadang, rasanya seperti mereka terdampar di ujung dunia.