Su Jiyai, masih duduk dengan tenang, memberikan pandangan singkat kepada mereka tapi tidak terlalu memperhatikan. Dia mendapatkan apa yang dia datangi—gulungan—dan itulah yang paling penting.
Harta karun hanya bonus untuk si tua.
Si tua terus memuji Su Jiyai, suaranya bergema dengan penuh semangat.
"Kamu benar-benar sebuah Binatang Roh yang langka!" serunya, matanya berbinar dengan kekaguman.
"Kemampuanmu dalam mencium harta karun tiada bandingannya! Aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu dalam segala tahun peribadatanku!"
Su Jiyai mengibaskan ekornya, berusaha terlihat rendah hati, tapi di dalam, dia merasa sedikit bingung.
Ini semua kebetulan belaka! Dia sebenarnya tidak benar-benar mencium harta karun itu, tapi dia tidak bisa menjelaskannya kepada si tua, jadi dia membiarkan si tua terus berbicara.
Sementara itu, para murid mulai berkumpul, matanya penuh dengan rasa takjub dan iri hati.
Satu per satu, mereka mulai maju ke depan, menawarkan harta karun mereka sendiri.