Rasa pahit empedu membakar tenggorokannya, dan keringat dingin menempel di kulitnya. Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya ia duduk kembali, terengah-engah, lengannya bergetar karena kelelahan. Mimpi buruk itu masih terasa terlalu nyata, terlalu hidup, seolah bau makanan busuk masih melekat di hidungnya.
Sebuah ketukan pelan di pintu kamar mandi menariknya dari lamunannya.
Setelah itu, Fu Wei masuk, wajahnya tampak penuh kekhawatiran.
Ia berlutut di sisinya, mengusap rambut basah yang menempel di wajahnya.
"Apa yang terjadi?" Suaranya lembut, namun tegas.
Su Rong menarik napas dengan susah payah, perutnya masih terasa mual.
"Su Yun… dia…" Suaranya tergagap, lidahnya terasa kaku karena kejijikan.
"Dia menggunakan makanan busuk. Sayuran membusuk, beras berjamur… Dan airnya—" Su Rong tiba-tiba tertahan, hampir tidak mampu melanjutkan. "Dia menggunakan air bekas cuci kakinya."