Bab 481: Masa Lalu yang Kejam

Laksamana Ru menunggu dalam keheningan yang penuh hormat saat Elisha melanjutkan nyanyian lembutnya yang berirama.

Cahaya berdenyut di bawahnya perlahan-lahan meredup dengan setiap kata yang lewat, sampai akhirnya menghilang menjadi cahaya lembut. Bibirnya terdiam, dan kamar itu menjadi sunyi mencekam.

Dia membungkukkan badan sedikit, lalu berkata dengan suara tegas, "Berlutut dan sapa Elisha."

Madam Ratu ragu.

Meskipun harga dirinya berteriak menolak, energi menekan yang memancar dari lingkaran Elisha memberatkan tubuhnya seperti gunung tak terlihat.

Lututnya sedikit melemas. Itu bukan hanya tekanan—itu adalah penghakiman. Sebuah perhitungan ilahi.

Dengan gerakan enggan, Madam Ratu jatuh berlutut dengan satu kaki.

Elisha, masih dengan mata tertutup kain dan darah mengalir dari sudut matanya, memiringkan sedikit kepalanya, seolah-olah dia bisa melihat meskipun matanya tertutup kain.