Artefak, Bagian Dua Puluh Satu

Melisa berlari melalui koridor istana, jantungnya berdetak kencang di dada. Berita tentang serangan terhadap Aria telah menyebar ke seluruh kota seperti api yang berkobar.

Lorong yang menuju ke kamar kerajaan diblokir oleh empat ksatria dengan baju zirah lengkap, ekspresi mereka suram dan senjata siap siaga. Mereka menyilangkan tombak mereka saat Melisa mendekat.

"Berhenti," perintah yang tertinggi di antara mereka. "Ratu tidak menerima tamu."

"Aku perlu bertemu dengannya," Melisa bersikeras. "Ini darurat."

"Atas otoritas siapa?" tanya ksatria lain, tangannya merapatkan genggaman pada senjatanya.

"Apa? Milikku," Melisa menjawab tajam, kesabarannya mulai habis. "Aku Melisa Blackflame. Aku telah berbicara dengan ratu berkali-kali, dan ratu pasti ingin bertemu denganku."

Para ksatria saling bertukar pandang skeptis.