sola_cola

Sembilan tahun lalu, umat manusia hampir punah saat monster-monster keluar dari Retakan– atau penjara bawah tanah– yang muncul di seluruh dunia.
Ketika semua harapan tampak hilang, segelintir orang terbangun sebagai Pemburu yang dilengkapi dengan Sistem.
Berkat mereka, peradaban pulih lebih cepat dari yang diharapkan setelah kiamat.
Namun, konflik lain muncul kemudian: semakin sering Pemburu menggunakan kekuatan mereka, semakin cepat mereka kehilangan akal sehat mereka.
Beruntungnya, di antara Orang-orang yang Terbangun, ada sebuah kelompok yang diklasifikasikan oleh Sistem sebagai Pemandu– dan hanya Pemandu inilah yang memiliki kekuatan untuk menenangkan Pemburu dan membawa mereka kembali ke akal sehat.
Terdengar hebat, kan?
Tapi bagaimana jika seorang Sipil berhubungan dengan Pemburu yang memiliki tingkat kecocokan tinggi dengan Pemandu mereka?
“Ayo putus, Wonhee.”
Yep, inilah yang terjadi ketika pacar Pemburu kamu memiliki tingkat kecocokan 76% dengan Pemandunya.
Wonhee diputuskan oleh pacarnya yang sudah lama karena dia hanya Sipil...
...atau begitulah pikirnya.

Hidupku Sebagai Panduan Kelas-S Pertama

"APA KAMU sungguh harus melalui begitu banyak penderitaan untuk menyelamatkan dunia?"


Setelah menghabiskan waktu bersama orangtuanya, Wonhee memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama Soobin.


Kakak laki-lakinya tidak akan ikut bersama mereka di "Hari-D" (alias hari dia akan menyerahkan hatinya kepada Sistem) karena dia bukan bagian dari Empat Besar.


Dan, karena itu, dia memutuskan untuk mengunjungi Soobin.


"Aku tidak percaya Semi Noona setuju membiarkanmu membuat pengorbanan seperti itu," Soobin berkata, menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. "Aku hanya senang dia tidak memberi tahu orang tua kita tentang ini."


Orang tua mereka sangat tidak menyadari apa yang akan dia lakukan.


[Tidak apa-apa karena aku tidak akan mati.]


"Semi Unnie sedang sibuk membuat ramuan yang akan membantuku melewati "pengorbanan" tanpa merasa terlalu banyak," Wonhee meyakinkan kakak laki-lakinya. "Aku akan baik-baik saja, Oppa."


APOKALIPS KEDUA (6)