Bibi yang Tajam Lidah

Everett menarik napas dalam-dalam, memaksakan diri untuk menekan rasa ingin yang berkecamuk di dalam dirinya. Yang dia inginkan hanyalah berada dekat dengan Aurora. Wanita lain? Mereka bahkan tidak terlintas di pikirannya.

Tapi tetap saja—bagaimana dia tahu jika dia tidak benar-benar melepaskan?

Haruskah dia benar-benar menyerah padanya?

Pikirannya kacau.

Ketika mobil keluar dari jalan tol, sinyal mulai menguat. Teleponnya berdering—panggilan dari ayahnya.

"Everett, apa kabar akhir-akhir ini? Aku dengar kamu tidak sering ke perusahaan," Tuan Adams berkata, dengan nada penuh penilaian, yang hanya membuat ekspresi Everett semakin dingin.

"Apakah aku di sana atau tidak tidak penting. Aku tetap menjalankan perusahaan."

"Jangan bicarakan itu sekarang. Kamu ingat putri Paman Torres? Dia baru saja lulus dari Negara W. Dia bilang ingin berkunjung ke tempatmu—pesawatnya baru saja mendarat, dia akan sampai besok," kata Tuan Adams dengan santai.

Paman Torres?