Layar gelap di depan saya perlahan naik seperti tirai pada jendela. Cahaya matahari yang membutakan itu jauh lebih terang daripada cahaya apapun yang bisa dibayangkan.
Saya menutup mata, tak mampu menatap langsung layar yang memantulkan ke luar.
"Baiklah," kata saya, berpaling sehingga punggung saya menghadap sumber cahaya. "Mungkin sebaiknya mematikan lampu-lampu."
Pelahan membuka mata, saya berkedip melihat ekspresi bingung Midnight. "Itu adalah hal yang biasa di Bumi. Kita harus membayar listrik, jadi saya benci menyalakan lampu saat siang hari," saya menjelaskan. Saya pikir komentar itu lucu. Tapi jelas tidak jika saya harus menjelaskan.
"Kau bilang agar mendekat ke matahari sebisa mungkin," gumam Jun Li melalui komunikasi jembatan, jelas menganggap upaya lelucon saya sebagai keluhan.
Sheesh, jelas, tidak ada yang punya rasa humor di sini.