Ramsey.
"Lyla!" bisikku.
Tak dapat menahan diri, aku berjalan menuju tempatnya berdiri dan memeluknya, merasakan ketegangan di dadaku seketika menghilang. Selama dua hari sejak aku membawanya dari lapangan latihan ke kamarnya, aku tidak bisa menjenguknya karena Cassidy.
Melihatnya sekarang, tampak sehat—kulit pucat yang dia miliki sebelumnya sudah digantikan dengan mata berbinar penuh dengan tawa dan kehangatan. Ketika aku mendekapnya, Lax terbangun, mengisi tubuhku dengan gelombang nafsu, membuatku mendekat ke Lyla, menghirup aromanya.
"Baunya!" suara Lax menyaring di kepalaku. "Aku sudah merasakannya sebelumnya. Tadi pagi..."
"Apa?" Aku mendekat, mencium leher.
Aroma itu mengirim pesan yang familiar ke otakku. Manusia serigala bercorak dua ekor dari pagi tadi memiliki aroma yang sama, bukan hanya itu. Lax telah menggeram penuh semangat ketika dia datang menggesekkan dirinya ke kakiku dan memanggil pasangannya.
"Meski pudar, rasanya itu dia," ujar Lax lagi.