Kamu milikku! II

Lyla

Dia membungkamku dengan ciuman lain, yang satu ini lebih lembut, lebih manis. Tangannya membingkai wajahku seakan aku adalah benda paling berharga di dunia. Ketika kami berpisah, matanya berbinar dengan air mata yang belum tumpah.

"Tinggallah bersamaku," dia memohon, mengecup lembut dahi, pipi, dan sudut mulutku. Beri kami kesempatan lain. Biarkan aku membuktikan padamu bahwa tidak ada yang akan memisahkan kita kali ini."

Dia mengangkatku tanpa kesulitan, kakiku melilit pinggangnya saat ia membawaku ke tempat tidur. Aku terjatuh ke atas kasur lembut – terakhir kali itu sebuah bangku taman. Dia datang berbaring di sampingku saat dia mulai menciumku lagi dengan lembut.

Giginya menggesek rahangku, menjilat leherku yang basah, menghisap tempat bekas tanda ciumannya. Nafasnya tersengal saat tangannya bergerak ke jubahku lagi, perlahan membuka simpul yang kubuat.