Sebuah Pemacu

"Kamu yakin kita kabur cuma buat nikah? Ini bukan rencana rumit buat langsung bawa kita ke surga, kan?" tanya Aiden, suaranya terbungkus humor kering dan adrenalin yang masih bertahan. Di sampingnya, Serena berjuang untuk mengatur napasnya, dadanya naik turun saat dia menggenggam setir dengan tangan yang gemetar. Pengalaman nyaris celaka itu membuat keduanya terguncang, jantung mereka berpacu seakan mereka mencoba mengungguli bahaya yang baru saja mereka hindari.

"Ini bukan waktu yang tepat buat bercanda, Aiden," dia tiba-tiba marah. "Sialan! Itu terlalu dekat. Dan aku benci kamu masih tenang aja sekarang ini!"

Aiden melepaskan tawa rendah, meskipun ketegangan di matanya mengkhianati rasa takutnya sendiri. Dia meraih tangan Serena, genggamannya kokoh meski jari-jarinya terasa dingin di kulitnya. Serena sadar dia mencoba menenangkannya meski sarafnya sendiri terganggu. Kedinginan tangannya sebenarnya membuatnya merasa lebih baik. Dia juga takut.