Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

"Di mana orang ini berada, yang memiliki nafsu makan sepertiku?"


Ah, saya tahu dia tidak akan membiarkannya begitu saja. Saya bahkan belum selesai makan kue pertama saya ketika dia kembali ke topik itu. Ada Natha di sini, Penguasa Keserakahan; ada Eruha, secara teknis adiknya yang lebih muda dari progenitor yang sama. Tapi seolah-olah mereka seperti udara bagi dia, mata berwarna darah selalu terfokus padaku, membuatku merasa seolah-olah aku adalah hidangan utama atau semacamnya.


Huh--yah, itu salahku juga. Mungkin aku seharusnya pura-pura terkejut sejak tadi.


Saya makan kue itu perlahan untuk memperpanjang waktu saya merenungkan cara terbaik untuk menanggapi hal ini. Bukan seperti saya bisa memberi tahu dia tentang para pemakan besar di Bumi, dan jika saya secara acak menyebutkan seseorang di suatu tempat, vampir ini mungkin benar-benar akan menyelidikinya karena dia tampak sedikit gila.


Jangan ganggu orang-orang mungil yang sedang melakukan mukbang