"Sebagian besar dari mereka sedang bekerja, jadi kamu harus menunggu sambil aku memanggil seseorang," kata Natha padaku saat ia mengantar aku kembali ke portal setelah makan siang, mengikuti tombak terbang dan dua teman kecil yang hinggap di gagangnya.
Aku hanya mengangguk patuh, karena sudah cukup bagus ia membiarkan aku berlatih untuk bertarung. "Bagaimana kalau melakukannya dengan Caba atau Haikal?" tanyaku. "Atau...kamu?"
Dia tidak menjawab, tapi genggamannya di pinggangku semakin erat. Ketika kami sampai di taman labirin, akhirnya dia bicara lagi. "Apa kamu ingat waktu kamu panik saat mengetahui lukaku?"
"Oh..."
Seketika, aku mengerti maksudnya. Sama seperti bagaimana aku takut dan jijik dengan pemikiran melukainya, dia takut memikirkan melukai aku. Meskipun itu kecelakaan, atau dilakukan dalam sportivitas yang baik.
"Oke, aku mengerti," aku mengangguk. "Tapi bagaimana dengan yang lain?"