Ketika aku bangun, bantalanku kaku oleh air mata yang telah mengering. Jade sedang mengelus pipiku, dan Ignis telah kembali dari guanya untuk melingkarkan ekornya di pergelangan tanganku.
Aku mengulurkan tangan untuk mengusap kepala mereka dan menghela napas. "Aku minta maaf," bisikku, dan mereka mendekat ke leherku, bergelayut padaku. "Aku akan lebih baik besok, janji."
Saat itu, pintu kamar tidur terbuka pelan, memperlihatkan Angwi yang memegang cangkir minuman herbal di satu tangan, sepiring biskuit di tangan lain, dan piring jelly di tangan satunya lagi. Ia terhenti sejenak, matanya tertuju pada wajahku, sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.