Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Aina menerobos masuk ke taman saat kami sedang mencerna sarapan dengan berjalan-jalan di taman dan melihat Jade berbicara dengan burung dan serangga sambil memetik beberapa bunga untukku.


"Bos pengantin baruku!" dia datang dengan tampak lucu dan siap untuk hari libur, berbeda dari biasanya yang mengenakan jumpsuit mekanik longgar.


"Dia sudah dalam mood terbaiknya sejak kalian memberikannya konsentrat cairan mana elemen," Zarfa berkata padaku ketika aku melihat gadis itu dengan alis terangkat.


"Bagus," Natha berkata dari balik koran Alam Manusia yang ia minta pada pelayan tadi. "Penemu yang bahagia berarti akan ada penemuan bagus sebentar lagi."


"Hehe--lihat aku menciptakan ponsel flat berikutnya!" dia menepuk dadanya dengan percaya diri, dan aku bertepuk tangan dengan penuh semangat.


Hebat! Sangat hebat! Berikan aku ponselku, gadis!


Apakah pria menjadi lebih romantis setelah menikah?