Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Raungan marah datang bersama gelombang sulur-sulur tebal dan akar. Seolah masing-masing memiliki pikirannya sendiri, mereka mengejar Spektra yang mundur dengan dendam. Setiap kali bayangan Spektra mematahkan mereka, lebih banyak yang menggantikan tempatnya, sementara yang patah kembali terbangun.


Spektra menyadari bahwa serangan ini akan terus terjadi tanpa akhir kecuali mereka bisa menghancurkan sumber kekuatan; ya--manusia druid yang entah bagaimana mengendalikan hutan.


Spektra telah melapisi tubuh mereka dengan mana sebagai perlindungan dari proyektil daun yang keras, serta menggerakkan bayangan mereka untuk menghancurkan sulur-sulur dan akar yang mengejar. Tetapi energi mereka tidak tak terbatas; hanya untuk keluar dari hutan, mereka mungkin harus menggunakan setiap tetes energi yang tersisa.


Dalam kasus itu, mereka tidak seharusnya mencoba melarikan diri.


Hutan Hukuman