Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

Pada Pagi Suci pertama, saat anak-anak merayakan liburan mereka di dalam rumah, orang dewasa dari L'Anaak Eed keluar dengan peralatan pembersih mereka dan berkumpul di titik kumpul distrik mereka. Bagi mereka yang tinggal di distrik pusat, mereka berkumpul di alun-alun di depan gedung pengadilan.


Mereka bertemu dengan tetangga-tetangga mereka di jalan dan bercakap-cakap tentang kehidupan mereka dan apa yang akan mereka lakukan untuk liburan setelah ibadah Tahun Baru, menggerutu dan tertawa dengan langkah ringan.


Tapi suara-suara itu segera menjadi sunyi ketika melihat pemandangan yang menyambut mereka di alun-alun.


Lebih tepatnya, di depan gedung pengadilan.


Di sana, di bawah tangga menuju gedung pengadilan, terdapat setidaknya selusin tiang tajam. Tidak ada yang tahu pasti berapa jumlahnya karena otak mereka berhenti berfungsi. Mata mereka bergetar saat mengikuti tiang-tiang itu dan melihat apa yang tertusuk di atasnya.


Tubuh. Setengah tubuh. Beberapa hanya kepala.


Loyalitas tidak berarti kamu setuju dengan segalanya