Aerlev

Tercemar ke dalam sebuah novel bukanlah hal yang buruk—kamu tahu ceritanya, kamu punya kuasa pengetahuan masa depan di tanganmu, kamu tahu semua kunci tersembunyi. Kamu mungkin bisa berakhir sebagai makhluk yang paling kuat dan maha tahu di dunia itu.
Itu kalau kamu tidak terbangun saat epilog.
Dan nyatanya aku menemukan diriku dalam tubuh seorang pendeta yang telah jatuh di akhir novel, seorang pahlawan tragis yang sirkuit mana-nya rusak dalam perang terakhir, dikucilkan, tenggelam dalam utang, dan ditakdirkan untuk mati tidak lama setelah itu.
Untungnya, aku tahu obatnya.
Sayangnya, obat itu ada di tangan salah satu Para Penguasa Iblis—kamu tahu, ras yang baru saja berperang dengan kerajaanku itu.
Apakah dia akan memberiku obat itu jika aku meminta dengan sopan? Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Toh aku akan mati jika tidak mendapatkan obat itu.
“Boleh, tapi kamu harus menjadi pengantin wanita sebagai harganya,” kata Sang Penguasa Iblis.
...hah? Tuan, kamu tahu aku (secara teknis) seorang pendeta, kan?

Pengantin Sang Penguasa Iblis (BL)

"Hmm...apa yang akan kamu lakukan selama 'waktu luang' ini?" aku bertanya kepada gadis-gadis yang bersemangat, tetapi mereka hanya menatapku dengan tatapan kosong.


"Kami hanya senang tidak berada di jalan untuk sementara waktu," Zarfa mengangkat bahu.


"Mm, mm--tidak peduli seberapa baik aku mencoba membuat kereta berjalan, itu tidak akan pernah sehalus mobil," Aina menghela napas. "Tahukah kamu betapa iri aku dengan kereta terbang di Alam Iblis?"


Yah...jujur, hanya orang-orang kaya yang bisa memiliki sumber daya yang cukup untuk mengoperasikan kereta terbang, tetapi setidaknya Zarfa seharusnya bisa memilikinya. Aku menggodanya dan menyeringai. "Hei, mungkin setelah Dewi kembali, hubungan antara wilayah bisa diperbaiki dan akan mungkin untuk mengimpor teknologi."


Aina terkejut dan merapatkan tangannya. "Motivasi!"


Istirahat sesekali memiliki banyak manfaat