"KAKAK, itu tadi keren banget!" kata Luo Yan, berjalan di depan kakaknya sambil memberikan acungan jempol.
Luo Ren dengan lembut mengacak rambut adiknya yang lembut. "Kali berikutnya, kalau ada orang seperti tadi yang menghentikanmu, langsung saja tendang batu berharga mereka."
Luo Yan tertawa. "Itu benar-benar yang akan aku lakukan. Memang pemikiran kita sama ya."
"Lalu kenapa kamu tidak melakukannya?" Luo Ren bertanya dengan nada canda, sangat terhibur dengan apa yang dikatakan adiknya.
"Aku mau melakukannya. Tapi pahlawan bertopeng telah datang menyelamatkan," jawab Luo Yan, melingkarkan tangannya di lengan Yu Jiao. "Ini temanku, Jiao Jiao."
Jiao Jiao? Bukankah itu terlalu feminin untuk nama laki-laki? – pikir Luo Ren.
Seluruh wajah Yu Jiao tiba-tiba terasa panas karena apa yang dikatakan Luo Yan tentang dirinya sebagai pahlawan bertopeng. Dia tak bisa menahan perasaan gugup. "A- Aku bukan- Maksudku- Aku—maaf."