Detik berikutnya, ular raksasa yang terdiri dari tiga asap beracun menyerang Li Qianfan.
Wajah Lin Jingying menjadi pucat pasi karena ketakutan, tetapi bibir Li Qianfan melengkung menjadi senyuman menghina.
Ular itu sekarang berada tepat di depan Li Qianfan, rahangnya yang besar dan berwarna merah darah terbuka lebar, siap menggigitnya.
Ekspresi Li Qianfan tidak berubah sedikit pun, setenang seakan dia berdiri tak tergoyahkan di depan Gunung Tai yang runtuh.
"Tahan napasmu," Li Qianfan menginstruksikan.
Lin Jingying segera menahan napas, secara naluriah memeluk erat Li Qianfan.
Li Qianfan melingkarkan lengan kirinya di sekitar Lin Jingying sementara tangan kanannya meluncur seperti kilat, menciptakan pusaran dari udara tipis.
Ular beracun itu larut ke dalam pusaran di telapak tangan Li Qianfan dalam sekejap, lenyap tanpa jejak.
Sementara itu, pola seperti api di punggung tangan kanan Li Qianfan berputar dan berdenyut, seolah-olah hidup.