Aku mendesah dalam-dalam, menarik kemudian mengembuskan napas. Rasanya seperti dalam pelukan hangat yang menyelimuti seluruh tubuhku.
Walaupun aku ingin terus seperti ini selamanya, merasa candu dengan perasaan ini, rasa benci pada diri sendiri menyergapku, menyadari apa yang telah kulakukan. Pikiranku mengerti bahwa aku telah melakukan sesuatu yang gila, tetapi aku tidak dapat menghentikannya.
"Ini hangat…"
Baru-baru ini, Siwoo diam-diam melakukan sesuatu tanpa sepengetahuanku.
Aku menyadari fakta ini tetapi tidak terlalu memaksanya memberitahuku. Tidak, aku bahkan tidak punya niat untuk melakukannya. Karena aku juga melakukan sesuatu di belakang Siwoo. Suatu tindakan yang tidak boleh diketahui oleh siapa pun.
"Haaahhh… Nyaman sekali."
Memanfaatkan ketidakhadiran Siwoo, aku mengeluarkan benda tersembunyi itu sekali lagi dan memeluknya dengan erat. Kecemasan yang tersisa hilang sepenuhnya saat aku memeluk benda itu lagi. Alih-alih cemas, aku merasakan kehangatan dan kenyamanan.
Seberapa sering aku memikirkannya, aku harus berhenti. Namun, tidak bisa.
Aku melihat pakaian yang kusembunyikan. Siwoo tampaknya tidak menyadarinya.
…Apakah dia sungguh tidak menyadarinya? Aku telah mengamati perilaku Siwoo selama beberapa waktu, tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda menyadarinya. Untungnya, bahkan dengan intuisinya, dia tampaknya tidak dapat mendeteksi sesuatu seperti ini.
Kalau saja Siwoo memergokiku menyembunyikan bajunya, aku pasti sudah berani gantung diri dengan tali. Aku sungguh beruntung.
Hari-hari ini, Siwoo banyak menghabiskan waktu di mejanya, mengerjakan beberapa hal. Aku tidak tahu ia sedang melakukan apa, dia tidak pernah menunjukkannya padaku, jadi aku tidak bisa memastikan apa itu sebenarnya.
"…Baiklah. Sudah selesai untuk hari ini."
Awalnya, keanehan Siwoo membuatku sangat cemas.Hingga sampai-sampai aku memerintahkan pemeriksaan latar belakangnya. Tetapi sekarang, aku bisa mengerti Siwoo harus mempunyai waktunya sendiri.
Kalau saja kami selalu bersama, aku akan menunjukkan sisi diriku yang tidak boleh dilihat oleh orang lain ini. Sekalipun orang lain memandangku dengan aneh, Siwoo tidak berbeda. Karena dialah pemilik barang tersebut.
"…Sepertinya kehangatannya sudah mulai hilang."
Tanpa sepengetahuan Siwoo, aku menaruh kemeja itu ke dalam laci yang kubuat di sudut yang jarang ia periksa. Tampaknya kinerjanya menurun seiring berjalannya waktu.
Aku pikir alangkah menyenangkannya merasakan kehangatan hanya dengan memiliki ini, bahkan tanpa kehadiran Siwoo di sampingku, tetapi aku menemui masalah yang tidak terduga.
Pada awalnya, rasa hangat itu cukup untuk sesaat, tetapi sekarang aku harus memeluknya lebih lama untuk merasakan kehangatan itu. Tidak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, hanya ada satu alasan yang pasti. Dan hanya ada satu cara untuk menyelesaikan masalah ini.
"…Glek."
Aku melihat sekeliling. Siwoo masih belum ada di sini. Sekaranglah kesempatanku. Sekarang, sementara Siwoo tidak menyadarinya. Sekarang, saat dia belum mengerti apa yang terjadi. Jika aku menukar baju ini sekarang…
Aku tahu bahwa jika aku melakukan ini, aku tidak dapat lagi berdalih. Aku bisa saja beralasan bahwa saat pertama kali membawa bajunya karena aku terkejut…
Namun mulai dari tindakan kedua dan seterusnya, alasan seperti itu tidak akan berhasil. Jantungku berdebar kencang memikirkan apakah Siwoo akan memergokiku atau tidak, keringat dingin membasahi pipiku. Dan mataku, yang kehilangan tempatnya karena cemas, tidak dapat diam dan bergerak gelisah.
Bagaimana jika aku ketahuan? Bagaimana jika Siwoo menyadari sesuatu yang aneh?
Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dalam benakku. Meski pikiranku berkata tidak, aku tetap bergerak. Dengan satu tangan mencengkeram kemeja Siwoo. Mataku tertuju pada ruangan di mana dia berada, aku menajamkan indera pendengaranku.
Mengambil napas ringan…
Dengan cepat, setelah mengambil sebuah kemeja yang berada di keranjang cucian Siwoo, aku meletakkan kemeja yang sedang kupegang. Setelah itu, aku berlari. Aku segera meninggalkan ruang tamu dan bersembunyi di ruang cuci.
"…Aku tidak ketahuan, kan?"
Aku mencuri lagi. Kali ini, sepenuhnya atas kemauanku sendiri, bukan secara tidak sengaja. Sekarang, aku bahkan tidak bisa membuat alasan lagi. Mencuri pakaian orang yang menolongku, di rumahnya sendiri.
Aku merasa kasihan padanya, tetapi begitu aku memeluk kemeja itu di tanganku, kehangatan itu membuatku merasa baik. Kalau orang lain melihatku, akankah mereka mengira aku orang mesum yang memeluk baju milik orang lain?
Namun aku tidak dapat menahan diri untuk tidak membuat alasan. Bukannya aku mesum, tapi… Entah kenapa pakaian Siwoo terasa hangat.
Dan, yah. Dia pasti sedang mengalami kesulitan juga. Kalau kita selalu bersama, pasti ada saatnya dia merasa kesal. Jadi aku menyimpan ini sebagai tindakan pencegahan kalau itu terjadi. Aku sama sekali tidak punya niat lain.
Setelah memastikan tidak ada orang di sana, aku melirik ruang tamu dan memeluk baju Siwoo lagi. Kemeja yang masih hangat itu memberiku rasa puas.
***
"…Apa ini tidak apa-apa?"
(Apa, bukankah ini yang kamu inginkan? Mereka membuat kemajuan, loh.)
"Memang sih, tapi…"
Gadis suci itu terkejut melihat Reader memeluk pakaian Protagonis sambil menyeringai. Rasanya sangat berbeda dari apa yang dibayangkannya. Sang Reader mengusap-usap mukanya ke kemeja itu seakan-akan dia sedang memakai ganja.
"Bukankah itu terlihat agak… tidak mengenakkan?"
Aneh. Kenapa hasilnya jadi seperti ini?
Gadis suci itu bergumam pada dirinya sendiri saat melihat pemandangan itu. Meskipun dia telah mendorongnya sedikit, dia tidak pernah membayangkan hal itu akan memburuk sampai sejauh ini.
Seorang karakter utama wanita mengusap-usap wajahnya ke kemeja seorang pria…?
"Entahlah, tapi sepertinya tidak seburuk itu juga?"
(Gadis ini, serius…)
"Tidak, sungguh. Pikirkanlah. Bukankah ini masih terbilang normal?"
Gadis suci itu berpikir sambil menatap Reader. Itu sedikit berbeda dari apa yang dibayangkannya, tetapi jarak antara diri Reader dan sang Protagonis memang telah berkurang. Kalau dia mengusap-usap mukanya ke bajunya, apa lagi yang bisa dikatakannya?
"Reader tampaknya agak tidak menyukai hal-hal yang berbau romansa."
Gadis suci itu seharusnya membawa jiwa wanita jika dia tahu ini akan terjadi. Dia sempat memikirkannya sebentar, tapi Reader mungkin tidak akan semenarik ini jika dia melakukan itu. Dengan kata lain, ini adalah efek samping yang tak terelakkan. Itulah yang dipikirkan gadis suci itu. Namun, tujuannya adalah agar pasangan itu menjadi tak terpisahkan.
Sang Protagonis tampak agak tertarik, tetapi masalahnya justru sebaliknya. Reader tampaknya tidak memilikinya. Dia hanya memperlakukannya sebagai Protagonis. Meskipun sudah sedikit membaik akhir-akhir ini… Reader tampaknya tidak melihatnya sebagai lawan jenis.
"Alangkah baiknya jika Amelia berusaha lebih keras menjodohkan mereka."
(Si Jalang Gila itu?)
"Hei, jangan panggil Ameliaku si jalang gila!"
Salah satu hal terbaik yang dilakukannya di dunia ini adalah menjadikan Amelia sebagai karakter utama wanita. Hmph, mereka bahkan tidak tahu. Ada begitu banyak momen ketika Amelia mencoba mendekatkan Siwoo dan Arte, secara sadar atau tidak. Reader tampaknya tidak menyadari hal itu.
"Hmph. Kalian lihat saja."
Jika saja Reader seperti sebulan yang lalu, ia pasti akan menolak melakukan hal itu. Namun bagaimana dengan kondisinya saat ini?
Reader yang mencuri baju orang lain dan memeluknya, sesuatu yang tidak akan pernah terpikirkan olehnya ketika masih waras?
"Heh, hehehe… Hehehehehehe…"
(Serius, dia bersungguh-sungguh bagian yang paling tidak berguna…)
"Diam!"
***
"…Ugh."
Siwoo melotot ke arah benang yang diterimanya dari Amelia. Meskipun dia agak khawatir dengan Arte, dia berkata bahwa keadaan Arte sudah membaik akhir-akhir ini, jadi tidak apa-apa meskipun dia tidak berada tepat di hadapannya. Itulah sebabnya dia mencoba bertindak secepat mungkin.
…Karena itu adalah kebohongan yang jelas dari Arte.
Dia merasa bahwa keadaan Arte malah semakin memburuk, tetapi dia tidak menemukan tanda-tandanya. Dia tahu Arte berbohong, tetapi Siwoo memutuskan untuk membiarkannya begitu saja. Karena dia juga punya sesuatu yang dirahasiakannya dari gadis manis itu.
Karena Siwoo benar-benar khawatir, dia mencoba menyelesaikannya secepat mungkin, tetapi… Masalah yang tidak terduga pun muncul.
"Apa yang harus kulakukan…"
Dia pikir dia punya cukup benang. Karena ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini, dia membuat berbagai kesalahan, dan banyak benang menjadi sia-sia saat melakukan kesalahan.
Barangkali karena keahlian merupakan hal yang terpisah dari intuisi. Meskipun keterampilannya telah meningkat secara signifikan dibandingkan dengan pertama kali…
"Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."
Karena itu adalah material dari monster peringkat 2, dia tidak dapat membelinya sendiri. Tidak ada jaminan akan ada stok juga. Tampaknya hal itu dapat diselesaikan dengan sedikit tambahan saja.
Saat dia merasakan tatapan Arte yang mengawasinya. Pada saat itu, ketika dia sedang terburu-buru menyembunyikannya, benangnya putus sedikit. Meskipun itu adalah benang monster, mungkin karena dia juga seorang manusia super, benang itu putus lebih mudah dari yang dia duga.
Mengapa benang itu begitu lemah?
Siwoo melotot ke arah benang yang ada di depannya, meskipun itu adalah kesalahannya sendiri. Memikirkan bahwa pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan hari ini berakhir seperti ini.
Dia mendesah kecil.
"Andai aku punya lebih banyak benang…"
Dia berencana membua gelang polos dengan satu warna. Karena sudah seperti ini, dia mempertimbangkan untuk menambahkan sedikit motif. Jadi, dia berpikir untuk menggunakan pewarna untuk mengubah warna benang di bagian itu. Sebelum mewarnai bagian itu, ia memeriksa perkiraan panjangnya saat putus.
"Hah…"
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Saat Siwoo mendesah, sebuah pikiran terlintas di benaknya.
…Ada benang itu, bukan?
Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat benang hitam yang masih berada di tempatnya. Suatu barang yang pernah terpikir olehnya untuk dibuang tetapi ia lupa. Barang itu seakan memamerkan kehadirannya.
"Benangnya tidak harus dari monster, kan…?"
Sebuah kilatan muncul di mata Siwoo. Dia menemukan solusi alternatif.
(TN: udah berapa chapter masih disimpen aja tuh benang dr dalemannya Arte. Wkwkwk)