Chapter 145 - Malam Penuh Cinta (1) [+21]

"Bagaimana rasanya?"

"Enyak, enyak, tapi..."

Dari ekspresi Siwoo, aku bisa merasakan kalau dia punya banyak yang ingin dikatakan. Dia tahu, kan?

Yah, pastinya dia tahu.

"Um, bahan-bahannya... agak mencolok."

"T-Tolong jangan katakan itu..."

Daun bawang, tiram, abalon, belut, jahe, buah schisandra, dll. Sekilas, hidangan yang ada di meja ini tampak enak.

Belut panggang asin dengan rasa ringan, tidak tahu belut seperti apa yang Siwoo suka, dan belut panggang dengan campuran gochujang dan kecap yang pas. Lalu ada belut panggang gaya Jepang dengan saus teriyaki yang melimpah, rasanya manis sekali.

Jahe untuk mengurangi rasa lemak belut dan daun bawang untuk tekstur renyah. Abalon dan tiram panggang dengan mentega dan bawang putih.

Gurita yang direbus dengan sempurna sampai warnanya merah dan udang besar yang dipanggang dengan garam.

Buah schisandra dan raspberry hitam disiapkan sebagai pencuci mulut dan minuman.

Mungkin hidangannya tampak biasa mewah, tapi semuanya adalah makanan yang kabarnya baik untuk stamina keperkasaan. Dengan kata lain, ini seperti...

Sebelum menikah, mari kita makan banyak nutrisi, seperti ini.

"Arte."

"P-Pertama, mari makan dulu baru bicara..."

"Ah, oke."

Harusnya ini benar-benar enak. Hidangan yang penuh ketulusan pasti rasanya enak.

Bahkan, rasanya nggak masuk mulut atau hidung, pikiranku terus melayang ke tempat lain, jadi aku nggak bisa merasakan rasa makanannya.

Apa yang Siwoo katakan soal enak, pastinya bukan bohong. Hah, bagaimana aku bisa mencari alasan...?

Haruskah aku jujur bilang kalau bahan-bahannya disiapkan Amelia? Tidak. Alasan seperti itu kayaknya nggak ada gunanya.

Kalau aku bilang begitu, apakah Siwoo akan percaya? Memang dia punya kemampuan Intuisi, tapi itu bukan kondisi sempurna yang dimilikinya ketika Dorothy memperkuatnya.

Aku nggak tahu sejauh mana kemampuannya melemah, tapi... Bisakah dia tahu kalau aku jujur atau bohong?

"Se-Sebenarnya, bahan-bahan ini disiapkan oleh Amelia..."

"Ah, begitu..."

"Tolong makan banyak, ha, haha..."

"Uh, oke. Enak..."

Reaksi macam apa itu?!?! 'Ah begitu?' katanya? 'Ah begituuuu?!'

Itu jawaban yang ambigu, aku nggak tahu dia menganggap itu bohong atau menganggap itu benar.

Selain itu, kalau aku bilang makan banyak, itu bakal aneh.

Rasanya seperti aku bilang supaya dia makan banyak dan bangun stamina.

Kalau Siwoo berpikir seperti aku...

"..."

"..."

Suasana hening kembali jatuh di meja.

Hanya suara sendok garpu yang terdengar.

Sudah lama sekali rasanya makan begitu hening.

Siwoo dan aku selalu menikmati makan sambil ngobrol tentang berbagai hal.

Aku berharap kami bisa ngobrol soal kejadian hari ini di akhir kencan.

Aku nggak bisa menahan rasa canggung melihat suasana yang sangat berbeda dari yang kubayangkan.

...Tunggu, kencan?

"..."

"Arte?"

Aku baru sadar apa yang Amelia bilang buat aku pergi kencan.

Dia bilang kita harus ambil satu langkah perlahan.

Jadi kami pergi kencan di akuarium.

Dan lebih baik makan masakan rumah daripada makan di luar.

Itulah kenapa Amelia mengirimkan banyak bahan mahal ini.

"T-tidak mungkin..."

"...Arte?"

Kencan untuk meramaikan suasana.

Masakan rumah khusus untuk Siwoo.

Bahan-bahan yang kabarnya baik untuk kekuatan stamina...

Aku yakin.

Amelia, dasar jalang licik! Kau benar-benar membuatku terjebak.

Apakah ini maksudmu dengan langkah perlahan?

Pergi kencan, lalu lakukan 'itu' saat suasana mendukung?

Senyuman Amelia tiba-tiba terlintas di pikiranku.

"Arte, kau baik-baik saja?"

Hah, ya.

Begitulah jadinya.

Aku yakin aku pikir aku harus lakukan itu, tapi...

Aku nggak suka bagaimana semuanya berjalan, bagaimana Amelia berpikir seharusnya semuanya berjalan.

"Arte? Kenapa tiba-tiba jadi diam? Apa kau sakit...?!"

"...Shhh."

"Hah, ada apa denganmu tiba-tiba? Bukankah kita baru saja makan dan ngobrol? Masih banyak yang tersisa...?!"

Aku meraih wajah Siwoo, menariknya, dan menciumnya dengan kasar.

Aku nggak tahu berapa lama waktu berlalu sebelum aku melihat wajah Siwoo yang panik tercermin di mataku.

Saat aku menarik diri, kami terengah-engah, dan air liur kami masih menghubungkan bibir kami, membentuk jembatan tipis.

"...Aku sudah memutuskan."

"Apa, apa yang kau maksud...?"

"Aku ingin kau mengambil keperawananku." 

"Hah? Sekarang? Tiba-tiba?! Tunggu, tunggu, tunggu, kita lagi makan!"

"Ngapain juga, nggak ada yang cukup buat kita habisin, jadi nanti kita panasin sisanya."

Aku nggak suka ini.

Amelia jelas-jelas mau makan semua makanan dan bersenang-senang saat suasana cocok.

Itu nggak bisa diterima.

Walaupun dia teman.

Walaupun dia mencoba bantu aku, aku nggak akan biarkan dia mengaturku begitu.

Siwoo adalah milikku.

Pengalaman pertamaku dengan Siwoo harus antara aku dan dia.

Nggak boleh ada orang lain yang terlibat.

Jadi, nggak bisa dihindari.

Aku nggak suka Amelia cuma melakukan apa yang dia mau.

...Dan masalahnya adalah Siwoo benar-benar nggak bisa menahan rayuanku.

Iya, Siwoo orang jahat.

Dia nggak merespon godaan pacar secantik ini.

Aku tahu si Author bilang dia nggak impotent...

Jadi ini konfirmasi.

Aku cuma memeriksa apakah ada masalah dengan fungsi seksual Siwoo atau tidak.

Aku harus memaksa diri untuk memeriksanya.

"Sekarang, tenang dulu. Bicarakan pelan-pelan..."

"Aku sudah tenang."

Siwoo pasti merasakan ada yang aneh karena dia berdiri dan mencoba meninggalkan ruangan.

Tidak bisa.

Jelas, Siwoo sangat pandai menghindar, tapi...

Dengan jarak sedekat ini, di rumah yang nggak ada ruang untuk bergerak, ceritanya beda.

Aku menggunakan begitu banyak benang sehingga dalam sekejap, semua yang aku pakai kecuali bodysuitku berubah jadi benang dan tersebar ke mana-mana.

Tentu saja, Siwoo nggak bisa menghindar semuanya dan segera jatuh di depanku, tangan dan kakinya terikat.

"Tung-, tenang. Arte. Aku nggak tahu kenapa kau tiba-tiba seperti ini, tapi..."

"Ini salah Siwoo."

"...Aku?"

"Iya. Ini salah Siwoo."

Siwoo berjuang keras, tapi nggak ada yang bisa dia lakukan karena benangnya sudah terikat erat.

Aku meraih celananya dan berkata.

"Aku godain kamu tiap hari, dan kamu selalu menghindar... Kamu bikin aku gelisah."

***

Lanjutan ceritanya bisa dicek link di bawah, karena sudah terlalu vulgar.

https://bit.ly/NovelZeandraTL

Kalo mau skip, berhenti sampe sini aja, ya.