Setelah menidurkan Lucius, Layla duduk di samping tempat tidurnya, jarinya dengan lembut menyapu pipinya. "Aku berjanji akan meredakan rasa sakitmu," bisiknya pelan, namun dengan tekad.
Di saat dia masih terdiam, teleponnya bergetar, memecah kesunyian. Melirik layar, dia melihat itu adalah balasan dari Demitri—sesuatu yang tak dia duga setelah panggilannya diabaikan sebelumnya.
Tanpa ragu, Layla membuka pesan tersebut dan mulai mengetik. "Bisakah kita bertemu kalau kamu tidak sibuk?" tulisnya, jarinya sedikit bergetar.
Setelah mengirim, dia ragu sejenak sebelum menambahkan, "Jika memungkinkan, mari bertemu malam ini."
Responsnya nyaris langsung. "Tentu," balas Demitri, diikuti oleh lokasi sebuah kafe terdekat, yang cukup dekat dengan rumahnya.
Layla menghela napas panjang, rasa lega bercampur kecemasan menyelimutinya. Dia melirik kembali ke arah Lucius. "Aku akan segera kembali," gumamnya.