Cassie.
Sejak dia menciumku di malam ulang tahunku, aku mencoba menghindari perasaan yang aku punya terhadapnya, tetapi sekali lagi, aku terbungkus dalam pelukannya dan terbawa oleh nafsu yang diciptakan ikatan kami. Aku menginginkan lebih dari yang bisa aku tangani.
Dengan gejolak hasrat, tangan kami menjadi liar dan, saat kulitnya menyentuh kulitku, desahan terlepas dari bibirku. Rasanya tubuhku terbakar, dan satu-satunya yang bisa memadamkannya adalah Lucas.
Saat tangannya turun ke belakang pahaku, dia dengan cepat mengangkatku, menekanku ke tiang lampu saat ia terus menciumku dengan niat penuh semangat. Aku menginginkannya, dan aku tidak yakin mengapa hasrat itu begitu sulit untuk ditahan.
Memutus ciuman, aku mencoba berbicara, tetapi bibirnya hanya melintas di garis rahangku menuju leherku. "Lucas—" aku terengah. "Kita tidak bisa… tidak di sini."
Matanya bertemu denganku, dan saat itu, senyum kecil terbentuk di sudut bibirnya. "Oke."