Bab 268 : Malam yang Panas

*Olivia*

Saya terkikik saat Giovani menendang pintu kamarnya hingga terbuka. Pintu itu berderit terbuka, dan dia menggendong saya masuk.

Sebelumnya saya belum pernah melihat kamar Giovani dan saya penasaran apa bedanya dengan kamar saya dan Dahlia. Jika kamar saya sesederhana dan setawar mungkin—sempurna untuk kamar tamu—kamar Dahlia dipenuhi dengan produk-produk merek desainer.

Lemari pakaiannya lebih besar dari kamar saya di rumah, dan masing-masing kamar ternyata memiliki kamar mandi pribadi, saya baru tahu.

Memang masuk akal jika kamarnya begitu pribadi, mengingat dia dulu sering datang ke sini ketika kecil bersama orang tuanya dan saudara lelakinya. Sementara saya, belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di Italia sebelumnya.

Saya memegang erat botol sampanye di tangan saya saat saya menunduk di tangannya untuk melihat baik-baik kamar Giovani.

Seperti sebagian besar rumah lainnya, kamar Giovani sederhana. Lebih minim daripada yang saya harapkan, dengan lantai kayu.