*Olivia*
Dahlia menjawab teleponnya, wajahnya pucat seperti kertas. Saya tanpa sadar menggigit bibir bawah saya, kegelisahan mengancam akan menyeruak. Saya memaksa diri untuk menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Tak akan membantu siapa pun jika saya mendapatkan serangan panik saat ini.
"Hold on, Tallon. Bisa tolong bunyikan speaker," kata Dahlia, sambil menatap saya.
Wajahnya seolah mencerminkan emosi saya. Kami berdua saling menatap dengan mata yang terpaku, ketakutan bahwa Tallon akan memberikan kabar buruk. Saya mengirimkan doa ke semesta agar semuanya aman. Saya tidak tahu apakah semesta mendengar atau tidak, tapi terasa seperti hal yang tepat untuk dilakukan.
'Tetap tenang, tetap tenang,' saya ulang-ulang dalam pikiran. Apapun yang dikatakan Tallon, saya harus tetap berpikiran jernih. Dahlia sudah melalui begitu banyak hal, dan saya tidak ingin hancur di hadapannya seperti yang terjadi setelah kami diserang. Saya perlu menjadi teman yang lebih kuat.