"""
*Elena*
Hawa musim semi yang segar berhembus di kulitku yang panas seperti bisikan melalui bibir yang pecah-pecah. Jam dinding berdetik pelan ke dalam malam saat aku menatap penuh pikiran keluar dari jendela yang terbuka.
Kaki yang terbungkus kaus kaki terlindungi dari dinginnya udara, namun kaos bekas yang kupakai sebagai baju tidur hanya sedikit menutupi kakiku dari angin. Langit begitu gelap, penerangannya hanyalah bintik-bintik kecil yang nyaris tak menyerupai bintang. Lampu jalan terakhir menyala di sudut seperti bayangan seseorang yang kesepian masih menunggu bus terakhir malam itu.