*Giovani*
Aku menatap telepon di tanganku dan anakku yang berada di tempat tidurnya. Olivia berdiri membeku di sampingku, kami berdua tak ingin membiarkan kenyataan menusuk gelembung indah yang telah kami ciptakan.
Aku menguatkan diri. Gabriele adalah tangan kananku, tetapi dia juga sahabat terbaikku. Dia tak akan menelepon kecuali apa pun yang terjadi membutuhkan perhatian segera.
Aku menjawab telepon. "Apa?"
Gabriele mendesah berat.
"Jangan lama-lama," aku membentak saat berjalan keluar dari kamar Elio. Dari sudut mataku, aku melihat Olivia membungkuk untuk memberikan ciuman di kepala Elio sebelum dia mengikutiku.
"Katakan padaku bagaimana perasaanmu sebenarnya," kata Gabriele.
Aku menarik napas untuk mengatakan sesuatu yang pasti akan kusesali, tetapi dia memotongnya.
"Baiklah, baiklah. Ini tidak baik."
"Lebih baik tidak," aku mendesis.
Olivia menggosok bahuku, mencoba meredakan sedikit ketegangan yang merayap kembali ke dalamnya.