*Natalia*
"Aku akan meneleponmu malam ini, oke?" dia berbisik manis padaku, dengan lembut menyelipkan rambutku di belakang telinga. Dia meninggalkanku dengan sebuah ciuman, dan aku masih bisa merasakan dirinya di bibirku bahkan ketika aku berlari menaiki jalan masuk rumahku, menekan punggungku pada pintu sampai aku mendengar dengung mobilnya pergi.
Aku tidak tahu pasti ke mana dia pergi, mengapa dia kembali dengan terburu-buru, atau mengapa dia memiliki ekspresi yang begitu serius dan gelap di matanya saat dia menjawab panggilan telepon itu.
Tapi aku memiliki dugaan yang cukup baik.
Paman-pamanku kejam, dan balas dendam adalah bahasa cinta mereka.
Dua setengah jam perjalanan dan terbang kembali terasa seperti badai, berlalu begitu cepat dan begitu lambat pada saat yang sama. Setengah diri ini merasa tercekik oleh suasana tegang dan pandangan mencurigakan dari pria-prianya yang mengajukan koper.