*Tallon*
Merah.
Seperti tegukan pertama anggur segar yang pernah kucicipi, dicuri dari lemari minuman ayahku dan diteruskan hingga habis dan sempurna untuk berputar di lantai kayu.
Merah seperti rambu berhenti pertama yang kulanggar saat aku menyelinap keluar menuju konser. Aku bahkan tidak ingat siapa yang bermain, tapi aku ingat warna wajah ayahku saat aku dibawa pulang oleh dua polisi dan mobil yang tidak aku minta izinnya, sekarang memiliki penyok baru di sisi.
Merah seperti warna bibirnya pada kencan pertama kami—warna yang cantik yang berkilauan di bawah cahaya. Bibirnya terbuka dengan setiap senyuman dan tawa kecil, meninggalkan bekas berbentuk bibirnya di kerah bajuku.
Merah adalah warna perasaanku padanya, warna gaunnya dan pipiku ketika pertama kali aku melihatnya mengenakannya, warna cinta, gairah, dan segala hal baik di dunia.
Tapi sekarang warna itu juga terpampang di seluruh tanganku.