P.O.V. AMELIA
Saya terlalu tenggelam dalam pikiran tentang apa yang mungkin diinginkan Kaden dariku ketika saya merasakan tangan di bahu saya. Saya terperanjat sedikit dan Serena melihat saya dengan alis terangkat. Dia pasti mengira saya gila dan yang bisa saya lakukan hanya memberinya senyum kecil.
"Kita punya waktu sekitar satu jam sebelum kelas berikutnya," katanya perlahan. "Saya ingin tahu apakah mungkin kamu ingin mendapatkan kopi dari kafe. Itu mungkin membantu kamu tetap terjaga lebih lama."
Saya mengangguk dan berjalan keluar kelas bersamanya. Kami berjalan berdampingan dalam diam tetapi yang mengejutkan saya, tidak ada yang canggung atau tegang tentang keheningan itu. Malahan itu cukup menghibur dan ketika kami sampai di pemukiman mahasiswa, dia membawa saya ke sebuah kafe yang belum pernah saya kunjungi.
"Mereka memiliki barang-barang terbaik di sini," katanya dan saya memilih untuk mempercayainya karena saya tahu dia sudah lebih lama berada di kawanan daripada saya.