BAB 88

PANDANGAN AMELIA

Saya seakan-akan melayang di udara untuk sisa hari itu. Saya begitu ketakutan untuk memberitahu dia tentang perasaan saya dan alih-alih penolakan yang saya harapkan, dia malah mengulangi kata-kata itu kepada saya. Rasanya seperti segalanya akhirnya berpihak pada saya. Saya bersama pria yang saya cintai dan mencintai saya kembali. Kami menghabiskan malam bersama-sama hanya dengan berpelukan di tempat tidur dan makan camilan. Tidak ada yang bersifat seksual tentang cara dia memeluk saya, itu hanya intim.

Keesokan paginya saya terbangun karena dia bergerak-gerak di kamar. Ketika saya melihat ke jendela, saya melihat masih gelap di luar. Saya duduk perlahan melihat jam weker dan ternyata pukul 4 pagi. Alis saya berkerut dalam kebingungan. Kaden berpaling dari saya dan baru ketika saya mengeluarkan suara, dia berbalik menghadap saya.

"Hey Sayang," bisiknya saat dia melewati kamar untuk mencium saya. "Kamu bisa tidur lagi, belum waktunya bangun."

"Kemana kamu pergi?"