BAB 142

SUDUT PANDANG AMELIA

Kaden menatap saya seolah saya tumbuh dua kepala. "Saya belum pernah mendengar istilah itu seumur hidup saya. Apakah itu sesuatu yang harus saya ketahui?"

Saya mengeluarkan geraman frustasi saat saya menyembunyikan wajah saya di tangan saya. Berbicara dengannya adalah ide bodoh, saya seharusnya tahu dia tidak akan tahu. Saya diberitahu bahwa mereka sudah punah, sekarang saya telah membuka kaleng cacing yang sangat saya butuhkan untuk menutup sebelum dia mulai banyak bertanya. Saya bisa merasakan matanya di saya saat saya mencari cara untuk sejenak membuat detik-detik terakhir hilang.

"Oke," akhirnya saya berkata sambil mengangkat bahu. "Kita harus masuk dan memesan."