BAB 161

SUDUT PANDANG BLAKE

Sesaat, saya terperangah. Dia mencium saya. Saya sudah lama memimpikan hal itu, tapi saya menyadari bahwa imajinasi saya jauh berbeda dari kenyataan. Dia begitu lembut dan bibirnya selembut bantal. Saya membenamkan tangan ke belakang kepala dia dan menciumnya dengan dalam. Rasanya seakan-akan segala sesuatu tiba-tiba menjadi benar dengan dunia ini.

Dia beraroma seperti surga, jika saya mengabaikan bau Kaden yang sepertinya masih lekat karena tanda di lehernya. Saya akan menghilangkannya secepat mungkin. Saya perlu menjadikannya milik saya dalam setiap cara yang penting. Saya harus dapat menggigit lehernya dan membuatnya membawa tanda saya agar semua orang dapat melihat, tapi sampai waktu itu, saya bisa puas dengan menciumnya.