Adipati Jin, ketika mendengar ia menyebut putranya, dilanda campuran duka dan amarah. Ia menggenggam tinjunya, matanya terbakar dengan kebencian. "Chu Nanli, jika kau ikut campur pada hari itu, putraku tidak akan binasa, bahkan tidak meninggalkan sedikit pun jejak jiwanya! Sekarang kau di genggaman ku, apakah kau menyesali ketidakberperikemanusiaanmu?"
Nanli menggelengkan matanya. "Kau gagal membesarkan putramu dengan benar dan tidak berhak menyalahkan orang lain."
Adipati Jin tersedak amarahnya, kemarahannya meluap-luap. Dia mencibir dingin, "Kau masih punya lidah yang tajam."
Nanli tetap menantang. "Ketika bangau kertas tiba-tiba mengikuti aura Pangeran, saya merasa aneh dan curiga itu perangkap. Bukan karena kau cerdik, tapi saya yang sengaja melangkah ke dalam perangkap ini."
Dan tentu saja, Adipati Jin pun menampakkan diri.