26 Identitasnya

"Ya ampun, Pak Setan benar-benar bilang begitu?" seru Olivia, amarahnya terlihat jelas saat dia menggigit es krimnya. "Dulu aku pikir dia orang yang baik. Aku bahkan sempat berpikir kamu akan hidup bahagia dengannya. Ternyata dia hanya lelaki brengsek lainnya."

Pagi itu, Emily mendapat panggilan dari Olivia, dan mereka berdua berencana untuk bertemu di sebuah kafe dekat Hotel Hilton.

Emily mendekap cangkir susu panas, menyesapnya pelan-pelan. "Kamu tidak bisa bilang begitu. Lagipula, dia telah banyak mengeluarkan uang untukku, dan dia memang baik padaku."

"Kamu terlalu naif. Dia bahkan memakai masker saat mengemudi, jelas tidak ingin kamu tahu identitasnya. Meski kalian putus, kamu tidak akan tahu siapa dia. Tahu tidak apa namanya sikap seperti itu?"

"Apa?"

"Dia tahu segalanya tentang hidupmu, tapi kamu tidak akan tahu apa-apa tentang hidupnya."