Herry ternyata tidak sesulit yang dibayangkan Emily untuk diajak berkomunikasi.
Emily sudah siap menghadapi hinaannya, tapi dia justru cepat terbuka.
"Ikut saya. Ibu dan ayahmu menunggumu."
Herry mendengus, "Kita akan kembali ke pintu masuk? Itu memalukan!"
"Lalu kamu mau apa? Kamu mau terus maju? Masih jauh di depan, dan akan semakin menyeramkan. Kamu tidak takut?"
Herry terlihat bimbang.
Dia pasti takut, tapi dia tidak mau mengakuinya.
Tapi tak lama kemudian, Herry berdiri dan menggenggam tangannya. "Saya pikir kamu bisa membimbing saya keluar."
Saat Herry memegang tangannya, Emily bisa merasakan telapak tangan yang berkeringat dari bocah kecil yang ketakutan itu.
"Saya tak bisa berjanji pasti dapat membawa kamu keluar," katanya.
Tapi Herry tampak percaya padanya. "Berhenti bicara, ayo pergi! Saya tidak mau menjadi pengecut! Orang-orang akan tertawa padaku!"
Ring, ring—
Teleponnya berdering.
Emily mengangkatnya. "Halo?"
"Kamu akan terus maju?" tanya Pak Setan.