Langit perlahan-lahan menjadi gelap.
Cahaya matahari senja tampaknya sedang berjuang keras memancarkan sinar hangatnya yang terakhir. Matahari terbenam merona merah, berusaha keras meninggalkan jejak panas terakhirnya di atas tanah.
Gelombang panas mengalir masuk, membawa bersama kelembapan dari embun yang menguap di pedesaan. Di dalam ruang terbatas, satu-satunya suara adalah tangisan pelan, penuh ketakutan, ketidakinginan, dan keputusasaan.
Jackson duduk di sebuah bangku kayu, memegang buku harian yang menguning, membalik halamannya satu per satu.
Di kakinya, Emma terikat tangannya. Matanya dan mulutnya tertutup, membuatnya buta dan bisu terhadap sekelilingnya.
"Baiklah, baiklah, tulisan tanganmu cukup bagus."
Jackson menutup buku harian itu, mengejek. "Selama lebih dari dua puluh tahun, ketekunanmu benar-benar luar biasa. Kamu telah mencatat setiap suap yang kamu terima dengan teliti."
Tubuh Emma mengecil. "Aku sudah hancur. Apa lagi yang kamu inginkan dariku?"