Miranda menutup telepon, merasa ada rasa tidak nyaman yang aneh.
Siapa yang begitu bersikeras mengingat nomor kamar, terutama 2307? Hidup punya cara aneh menghadirkan kebetulan kepadanya.
Ketika dia sedang melamun, terdengar ketukan di pintu.
"Siapa di sana?" dia bertanya dengan suara hati-hati. Dia tidak mau ambil risiko di negara asing.
Suara yang dikenalnya menjawab dari balik pintu, penuh dengan nada main-main yang jengkel. "Ini aku, Jackson. Sahabatmu yang sangat tampan dan tak terkalahkan."
Miranda tidak bisa menahan tawa. Dia berjalan ke pintu dan membukanya.
Jackson menjulurkan kepalanya ke dalam, memeriksa sekeliling secara teatrikal, bahkan menghirup udara dengan gaya berlebihan.
"Apa yang kamu cari, Pak Detektif?" tanyanya, terhibur dengan tingkahnya.
"Hanya memastikan kamu tidak menyembunyikan pria lain di sini," ujar Jackson sambil menjatuhkan diri di sofa. "Astaga, aku lelah banget."
"Kamu habis ngapain saja?" Miranda bertanya sambil menaikkan alis.