Bab 183 Pikiran Bahagianya, Meski Khayalan.

"Jika kamu tahu aku tak bisa dibandingkan dengannya, kenapa mendekatiku dari awal, Jamil." Irene berkata dengan marah saat dia selesai menambahkan aksesoris pada pakaian barunya. "Kamu tentu bisa dengan mudah menemukan-"

Clang!

Suara sesuatu yang jatuh dari luar memotong ucapannya dan dalam hitungan detik, kepalanya terpaling ke arah pintu.

"Apa itu?"

"Kamu tanya saya? Apakah saya yang di sana?" Jawab Jamil dengan nada sarkastik.

Irene mengabaikannya dan berdiri, berjalan menuju pintu.

"Jangan bilang, kamu membiarkan seekor tikus mengintai kamu? Atau lebih baik, mungkin seekor ular."

Ular. Begitu dia mengucapkan kata itu, seseorang tertentu muncul di benak Irene, dan dia tidak membuang waktu untuk membuka pintu, hanya untuk bertemu dengan orang terakhir yang dia duga akan melihat.

"M-meredith? Apa yang kamu lakukan di sini?" Dia bertanya pada pelayan yang baru saja selesai memungut alat pel yang jatuh.