A Temporary Retreat

Pagi itu, suasana di markas fasilitas mesin waktu terasa berat. Kegagalan percobaan pertama mesin waktu meninggalkan rasa pahit bagi semua yang terlibat, terutama Furqon dan Zafran. Mereka duduk di ruang briefing bersama Dr. Irzi dan Dr. Jarir, menunggu kabar lanjutan dari Dewan Penghubung Fortex Intelligence. Keputusan besar akan diambil—dan mereka tahu itu mungkin melibatkan perubahan besar dalam peran mereka.

Dr. Irzi memasuki ruangan, ekspresinya serius namun tetap tenang. Di belakangnya, Dr. Jarir membawa sebuah tablet holografik dengan pesan resmi dari markas besar Fortex.

“Kita baru saja menerima perintah dari Dewan Penghubung,” ujar Dr. Irzi, membuka percakapan. “Setelah mengevaluasi hasil percobaan kemarin, mereka telah memutuskan bahwa kalian, Furqon dan Zafran, akan ditarik sementara waktu kembali ke markas besar Fortex.”

Furqon mengangkat alis, terkejut. “Ditarik kembali? Tapi pekerjaan kami belum selesai di sini.”

Dr. Jarir menyela, suaranya penuh pengertian. “Kami tahu kalian memiliki dedikasi yang besar terhadap proyek ini, tapi Dewan percaya bahwa kalian lebih dibutuhkan di markas besar untuk sementara waktu. Fasilitas mesin waktu akan tetap beroperasi, dan tim teknis akan fokus menyelesaikan perbaikan sistem.”

Zafran, yang biasanya lebih tegas, terlihat bingung. “Apakah ini berarti mereka kehilangan kepercayaan pada kita?”

“Bukan begitu,” jawab Dr. Irzi cepat. “Ini lebih kepada strategi. Dengan kalian kembali ke markas besar, Dewan ingin memastikan bahwa Divisi Perjalanan Waktu tetap berada di bawah pengawasan langsung Fortex. Mereka juga percaya bahwa waktu kalian bisa dimanfaatkan untuk menyempurnakan perencanaan strategis sambil menunggu perbaikan selesai.”

Furqon menghela napas panjang. Ia memahami logika di balik keputusan tersebut, namun tak bisa menghilangkan rasa kecewa. Proyek ini adalah bagian besar dari hidupnya, dan meninggalkannya, meskipun hanya sementara, terasa seperti kekalahan.

“Kapan kami harus berangkat?” tanya Zafran akhirnya.

“Sore ini,” kata Dr. Jarir. “Kapal transportasi sudah dipersiapkan untuk mengantar kalian kembali ke markas Fortex.”

Beberapa jam kemudian, Furqon dan Zafran berdiri di hangar fasilitas mesin waktu, bersiap untuk berangkat. Tim teknis dan beberapa anggota divisi lain mengantar mereka pergi. Meskipun suasana tampak formal, ada rasa kehilangan di antara tim, terutama dari mereka yang bekerja langsung dengan Furqon dan Zafran.

Dr. Irzi mendekati mereka sebelum mereka naik ke kapal. “Saya tahu ini sulit, tapi saya percaya ini hanya langkah sementara. Kita semua ingin melihat proyek ini berhasil, dan kalian tetap menjadi bagian penting dari itu.”

Furqon mengangguk, meskipun senyumnya lemah. “Kami akan kembali secepatnya. Pastikan semuanya siap saat itu terjadi.”

“Kalian punya janji kami,” jawab Dr. Irzi sambil menjabat tangan mereka.

Saat kapal lepas landas, Furqon menatap jendela, melihat fasilitas mesin waktu perlahan menghilang dari pandangannya. Ia merasa berat meninggalkan tempat itu, tetapi juga tahu bahwa perjalanan mereka di Fortex Intelligence masih panjang.

Zafran, yang duduk di sebelahnya, berbicara dengan nada rendah. “Kita tidak benar-benar meninggalkan ini. Kita hanya mengambil langkah mundur untuk lompatan yang lebih besar.”

Furqon tersenyum kecil. “Kau benar. Ini belum berakhir.”

Markas besar Fortex menunggu mereka, dengan tantangan baru yang tidak kalah rumit. Sementara itu, fasilitas mesin waktu tetap bekerja tanpa mereka, seperti mesin raksasa yang tidak pernah berhenti. Furqon dan Zafran tahu bahwa perjalanan ini, meskipun tertunda, masih jauh dari kata selesai. Mereka bertekad untuk kembali dengan rencana yang lebih baik dan memastikan bahwa kegagalan pertama itu hanyalah awal dari kesuksesan besar di masa depan.