Jangan datang mengeluh belakangan.

Tim koki berdiri berbaris, ekspresi mereka adalah campuran antara kagum dan gugup. Tak ada yang berani bernapas terlalu keras, apalagi bergerak, saat mereka memperhatikan Aiden mengendalikan dapur dengan gaya yang terbiasa dan lancar.

Lengan kemejanya yang disesuaikan tergulung hingga siku, memperlihatkan lengan bawahnya yang berotot dan terlihat kian jelas dengan setiap gerakan penuh percaya diri. Setiap gerakan dilakukan dengan terukur, presisi dan cepat, seolah-olah ia telah menghabiskan bertahun-tahun untuk menyempurnakan seni memasak.

Semakin lama Alexander, kepala koki, memperhatikannya, semakin dia merasa terkesan. Meskipun ia telah melihat banyak koki terampil yang menguasai bidang seni kuliner, entah mengapa melihat seorang pria seperti Aiden melakukannya dengan begitu mudah memberi kesan yang berbeda.