Emyr baru saja kembali ke ruang kerja Aiden untuk mengembalikan beberapa berkas ketika langkahnya tiba-tiba terhenti. Sebuah serangan dingin mengalir di tulang punggungnya seiring suhu di ruangan itu tampaknya turun drastis.
Secara naluriah, pandangannya beralih untuk melihat Aiden.
Memandang bosnya saja sudah cukup untuk mengatakan bahwa bukan New York yang sedang membeku —itu adalah Aiden sendiri, yang memancarkan aura sejuk seakan Antartika.
Apa yang tiba-tiba terjadi?
Bukankah dia baik-baik saja setelah makan malam?
Pelan-pelan, Emyr meletakkan berkas di atas meja, namun fokusnya tetap kepada Aiden, diam-diam mengamatinya.
Aiden masih dalam panggilan telepon, menunggu respon Arwen. Namun, ketika dia tidak segera berbicara, kesabaran Aiden mulai menyusut.
"Bulan —"
"Jika ada motif apapun yang membuatmu mendekatiku dengan sengaja, maka aku benar-benar berterima kasih pada langit," Arwen akhirnya menjawab, suaranya lembut namun penuh kepercayaan.
Aiden terdiam.