Brenda tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening atas tawaran Catrin.
Dia mungkin benar-benar gagal sebagai seorang ibu —karena bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa putrinya, Catrin, tidak pernah menyadari bahwa menjadi ibu adalah tentang pengorbanan, bukan transaksi?
Anak-anak belajar dari ibu mereka, tetapi Catrin tidak pernah belajar bahwa kasih sayang seorang ibu tidak datang dengan imbalan. Kasih sayang itu datang tanpa syarat apa pun.
Brenda menyalahkan dirinya sendiri untuk semuanya.
Tapi Catrin bahkan tidak berhenti untuk berpikir. Baginya, tawarannya sempurna.
Selama Arwen setuju, segalanya akan berjalan sesuai rencana.
Tapi keheningan Arwen mulai mengikis kendali dirinya.
Semakin lama Arwen tidak merespons, semakin mendorong Catrin ke tepi. Kesabarannya terasa seperti benang tipis —siap untuk putus.