Mereka terlihat sempurna bersama.

Itu bukanlah pengakuan cinta, namun rasanya seperti itu —setiap kata penuh makna, penuh janji.

Dia tidak mengatakan 'Aku mencintaimu.'

Tapi janji seumur hidup yang dia buat sudah cukup untuk melampaui semua yang tidak dia katakan.

Napasku sesak saat mendengarnya.

Ya, dia pernah berkata sebelumnya bahwa dia tidak butuh cincin untuk merasa aman —bahwa selama dia tetap di sisinya, itu sudah cukup.

Tapi itu tidak berarti dia tidak menginginkannya.

Dia menginginkannya. Dalam sekali. Diam-diam. Selalu.

Dia hanya belajar untuk tidak terlalu berharap.

Karena mencintainya berarti menerima kenyataan yang dipaksakan padanya —sebuah kenyataan di mana dia melupakan masa lalu mereka, kenangan yang pernah mereka bagi, ikatan yang dulu tak tergoyahkan.

Mengharapkan apapun darinya ketika dia tidak mengingat apa pun tentang apa yang mereka miliki dulu … akan sangat egois.

Dan jika ada satu hal yang dia tolak untuk jadi bersamanya —itu adalah egois.

Tapi sekarang…